Janganlah Kamu Makan dan Minum Sambil Berdiri

Larangan Makan dan Minum Sambil Berdiri dalam Islam

Makan dan minum, merupakan sebuah kebutuhan manusia. Dalam hal ini, islam memiliki aturan tersendiri terkait adab makan dan minum. Hasan (1996: 313) Islam mengajarkan agar memilih makanan dan minuman yang baik dalam artian berguna untuk kesehatan dan halal. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah 172 yang artinya 
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah."

"Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu", lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing- masing). Makan dan minumlah rizki (yang diberikan) Allah dan janganlah kamuberkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.(Al Baqarah: 60)
Hikmah Larangan Minum Berdiri


1. Membaca Basmalah, Makan dengan tangan kanan dan Mengambil makanan yang terdekat, sebagaimana sabna Nabi saw. artinya 

Dari Umar nin Abi Salam berkata: "Ketika aku masih kecil aku berada dibawahpengasuhan Rasulullah saw. dan tanganku pernah bergerak (kesana kemari) di dalam piring besar, maka Rasulullah saw. berkata kepadaku, " Wahai anak bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu," maka selanjutnya cara makanku seperti itu." (Al-Bukhari no 4957)

2. Mengakhirinya dengan memuji nama Allah
Dalam Ahsin (2007: 219) Imam Ahmad mengatakan, "Bahwa jika dalam satu makanan terkumpul empat hal, maka makan tersebut adalah makanan yang sempurna. Empat hal tersebut adalah adalah
menyebut nama Allah saat mulai makan, memuji Allah di akhir makan, banyaknya orang yang turut makan dan berasal dari sumber yang halal. Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah saw. dalam sebuah hadis yang artinya: "Apabila salah seorang dari kalian makan suatu makanan, maka hendaklah dia mengucapkan Bismillah (dengan nama Allah), dan bila dia lupa di awalnya hendaklah dia mengucapkan "Bismillah fii awwalihi wa akhirihi" (dengan nama Allah di awal dan di akhirnya). (Al Tirmidzi no 1513)

Menurut hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, bahwa menyebut nama Allah sebelum makan berfungsi mencegah setan untuk ikut berpartisipasi menikmati makanan yangdihidangkan. Apabila seseorang selesai makan dan minum lalu memuji nama Allah,nampaknya amalan ini sepele padahal dapat menjadi sebab seseorang mendapatkan ridha Allah swt. sebagaimana hadis yang diriwayatkan Anas Bin malik, bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, 

" Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba yang menikmati makanan lalu memuji Allah sesudahnya atau meneguk minuman lalu memuji Allah sesudahna," (Imam Muslim no 2734)

3. Jangan Makan dan Minum Sambil Berdiri
Hadis Nabi saw. terkait larangan makan dan minum sambil berdiri Dari Abi Said al-Khudri "sesungguhnya Rasulullah saw. melarang minum sambil berdiri." 
(Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam silsilah Al-Hadits as-Shahih)

Sayyid (1997: 85) mengatakan bahwa Anas bin Malik ditanya tentang bagaimana kalau makan sambil berdiri maka beliau mengatakan,"Itu lebih jelek dan lebih kotor." Mksudnya jika Nabi melarang minum berdiri maka terlebih lagi saat makan sambil berdiri.

Baca Juga :
Bulan Madu Romantis
Cara Menghilangkan Ketombe Untuk Wanita Berhijab
Mendahului Takdir Allah
Tetap Anggun dengan berpakaian Syar'i


Menurut Ibnu Qayyim dalam Harun Yahya (2001) ada beberapa akibat buruk bila minum sambil berdiri. Disamping tidak dapat memberikan kesegaran pada tubuh secara optimal, air yang masuk ke dalam tubuh akan cepat turun ke organ tubuh bagian bawah. Hal ini dikarenakan air yang dikonsumsi tidak tertampung di dalam lambung yang artinya akan dipompa oleh jantung untuk disalurkan ke seluruh organ-organ. Dengan demikian air tidak akan menyebar ke organ-organ tubuh yang lain. Padahal menurut ilmu kedokteran 70% dari tubuh manusia terdiri dari zat cair.

Ibrahim al-Rawi dalam Aris Munandar (2012) juga berpendapat bahwa manusia pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat saraf sedang bekerja keras, agar mampu mempertahankan semua otot pada tubuhnya, sehingga dapat berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini merupakan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf dan otot secara bersamaan, dan menjadikan manusia tidak bisa mencapai ketenangan yang merupakan syarat terpenting pada saat makan dan minum. Dan ketenangan ini dapat dihasilkan padaa saat duduk, yang ketika itu syaraf berada dalam keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam keadaan siap untuk menerimamakanan dan minuman dengan cepat. Lebih jauh al-Rawi menekankan makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, dapat berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh reaksi saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada lapisan endotel yang mengelilingi usus. Refleksi ini apabiala terjadi secara keras dan tiba-tiba, dapat menyebabkan tidak berfungsinya saraf (vagal inlubition) yang parah, untuk menghantarkan detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau bahkan mati mendadak. Demikian pula, makan dan minum berdiri secara terus menerus terbilang membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat-tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk. Air yang masuk dengan cara duduk akan disarig oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang diminum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal.

Buku dan Sumber Rujukan
  1. Adnan Hasan. 1996. Tanggungjawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki. Jakarta: Gema Insani Press.
  2. Al-Bukhari. Kitab Al-ath'imah, bab tasmiyah 'ala 'al-tha'am wa akli 'ala al-yamin. Hadis no 4957
  3. Ahsin W. Al-Hafidz. 2007. Fikih Kesehatan.Jakarta: Amzah
  4. Shahih Sunan al-Tirmidzi 2/167 no 1513
  5. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam silsilah Al-Hadits as-Shahih
  6. Abdul Basith Muhammad as-Sayyid. 1998. Pola Makan Rasulullah, Terjemahan M. Abdul Ghaffar, M. Iqbal, Haetami dan M. Yasir Muthalib. Jakrta: Alfa.
  7. Adab- makan- seorang- muslim-sesuai-sunnah-nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam.html, 27 Maret, 2012 (diakses 1 Juli  2018).
  8. Harun Yahya. 2001. Miracle of the Qur’an. Canada: al-Attique Publishers ins Canada.